Senin, 16 Januari 2012

LAPORAN PENDAHULUAN TYPUS ABDOMINALIS


A.DEFINISI
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). ( Kapita selekta kedokteran edisi 3 )

                 Typus abdominalis adalah Penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkanoleh Salmonella Typosa O, Salmonella H, Salmonella paratypi A , dan salmonella paratypi B(Soeparman 1997).
Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan. Pada umumnya diare, kesadaran menurun ringan sampai berat umumnya apatis penurunan kesadaran

                 Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (ngartiyah, 1955).
B.ETIOLOGI
1. Salmonella typhi
• Batang gram negative yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
- antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
- antigen H(flagella)
- antigen V1 dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
5. Feses, urin dan muntahan penderita
C. KLASIFIKASI
1. Typus abdominalis  adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna , gangguan kesadaran
2. Paratypus  adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita mengalami buang  - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.
D. MANIFESTASI KLINIS
A TANDA TANDA
- Demam
Pada minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama . pada minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak hilangdengan pemberian antiseptic, tidak menggigil dan tidak berkeringat. Kadang pasien disertai epitaksis
- Gangguan pada saluran pencernaan
a. halitosis
b. bibir kering
c. lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
d. perut agak kembung
e. mual
f. splenomegali disertai nyeri pada perabaan
g. pada permulaan umumnya terjadi diare
h. kemudian menjadi obstipasi
- Gangguan kesadaran
a. kesadaran menurun ringan sampai berat
b. umumnya apatis
c. bradikardi relative
d. umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit
B. GEJALANYA
- Penderita mulai cepat lelah
- malaise
- sakit kepala
- rasa tidak enak di perut
- nyeri seluruh tubuh
- hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari
a.Perdarahan usus dapat terjadi pada saat demam masih tinggi di tandai dengan:
- suhu mendadak turun
- nadi meningkat cepat dan kecil
- tekanan darah menurun
- pasien terlihat pucat kulit terasa lembap
- kesadaran makin menurun
Jika pendarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam faeces hanya bisa di buktikan dengan tes benzidin. Jika ini terjadi, tindakannya adalah: menghentikan makan dan minum,  segera pasang infuse jika sebelumnya tidak di pasang segera hubungi dokter selain pemberian pengobatan untuk menghentikan pendarahan dapat di lakukan eskap gantung untuk mengganti alat tenun harus 2 -3 orang, paisen tidakboleh di miringkan , pengawasan observasi TTV lebih sering
b. Perforasi usus dapat terjadi pada minggu ke 4dimana suhu sudah turun.  walau suhu sudah normal istirahat masih di teruskan 2 minggu dengan gejala: pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan nyeri lagi apabila di tekan perut terlihat tegang dan kembung anak menjadi pucat, dapat juga keringat dingin nadi kecil dan pasien menjadi scohk jika di jumpai gejala demikian tindakannya adalah : segera hubungi dokter siap foto roentgen biasanya di kunsul ke bagian bedah
E.PENATALAKSANAAN
1.    Pengobatan
a.    Kloramfenikol
b.    Kotrimoksasol
c.    Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
2.    Perawatan
a.    Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
b.    Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
3.    Diet
a.    Pada mulanya klien diberikan bubur saring kemudian bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
b.    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.

F.PENGKAJIANKEPERAWATAN
1.    Pengkajian
a.    Identitas
b.    Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, pusing, nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama masa inkubasi).
c.    Data Fokus
Mata    : konjungtiva anemis
Mulut   : lidah khas (selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah.
Hidung : kadang terjadi epistaksis
Abdomen: perut kembung (meteorismus), hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan.
Sirkulasi: bradikardi, gangguan kesadaran
Kulit     : bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremitas.
d.    Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
·         SGOT SGPT meningkat, leukopenia, leuukositosis relatif pada fase akut; mungkin terdapat anemia dan trombositopenia.
·         Uji serologis asidal (titer O, H)
·      Biakan kuman (darah, feses, urin, empedu)

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan:
Suhu tubuh klien kembali normalKlien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Intervensi:
Ø  Identifikasi penyebab atau faktor yang dapat menimbulkan hipertermi
Ø  Observasi cairan masuk dan keluar, hitung keseimbangan cairan
Ø  Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak ada kontraindikasi
Ø  Beri kompres air hangat
Ø  Anjurkan klien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan saat suhu tubuh naik
Ø  Kolaborasi: pemberian antipiretik, pemberian antibiotik, pemeriksaan penunjang=hasil laboratorium
KriteriaHasil
Ø  Suhu tubuh klien kembali normal
Ø  Frekuensi pernafasan kembali normal
Ø  Kulit klien tidak teraba panas
Ø  Klien dapat beraktivitas
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan:
Asupan nutrisi klien tercukupi, Peningkatan nafsu makan klien.
Ø  Intervensi:
Kaji pola makan klien
Ø  Observasi mual dan muntah
Ø  Identifikasi faktor pencetus mual, muntah, dan nyeri abdomen
Ø  Kaji makanan yang disukai dan tidak disukai klien
Ø  Sajikaan makanan dalam kedaan hangat dan menarik
Ø  Beri posisi semi fowler saat makan
Ø  Bantu klien untuk makan, catat masukan makanan.
Kriteriahasil:
*Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah
*Nafsu makan meningkat
c. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
Tujuan:
Nyeri klien berkurang
Klien merasa nyaman
Intervensi:
*Kaji karakteristik nyeri dan skala nyeri
*Kaji faktor yang dapat menurunkan/menaikkan nyeri
*Ajarkan dan bantu klien melakukan relaksasi dan distraksi
*Beri posisi yang nyaman
*Ciptakan lingkungan yang tenang
Kriteriahasil
*Klien mengatakan nyeri abdomen berkurang
*Klien mengatakan sudah merasa nyaman


DAFTAR PUSTAKA

·         Drs.H, Zulkoni.Akhsin.2010;PARASITOLOGI ,  Nuha Medika. Yogyakarta.
·         www.google.com. Agus Waluyo. Thypus Abdominalis tanggal 17 November 2006
·         http://www.infokesehatan.co.id
·         Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.1. EGC. Jakarta.

1 komentar: