Selasa, 24 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Hernia


A.    PENGERTIAN
Hernia Inguinalis adalah Sutu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding yang dalam keadaannormal tertutup. ( Richard E, 1992 )
Hernia Inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital. ( Cecily L. Betz, 1997)

B.     ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar, atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
Hernia juga di sebabkan oleh :
a.       Kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital
b.      Anomali Kongenital
c.       Sebab yang di dapat
d.      Adanya prosesus vaginalis yang terbuka
e.       Peninggian tekanan di dalam rongga perut
f.       Kelemahan dinding perut karena usia
g.      Anulus inguinalis yang cukup lama

C.    KLASIFIKASI
1.      Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.
2.      Urut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.      Menurut terlihat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).
      Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia obturatoria).
4.      Causanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.      Keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata,                   hernia strangulata.
6.      Nama penemunya :
a.       H. Petit (di daerah lumbosakral)
b.      H. Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.       H. Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.      Beberapa hernia lainnya :
a.       H. Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.      H. Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.       H. Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.

D.    PATOFISIOLOGI
Pemijatan ke arah atas dapat menyebabkan isi benjolan tersebut pecah atau membengkak, sehingga menyebabkan keadaan berbahaya. Hernia dilipat paha pada umumnya memerlukan tindakan operasi. Biasanya luka operasi akan sembuh dalam beberapa hari saja.
Infeksi akibat hernia menjadikan penderita merasakan nyeri yang hebat dan infasi tersebut akhirnya menjalar dan meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus sangat ditangani dan dokter karena dapat mengancam nyawa penderita.
Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia atau cincin hernia. Pembuluh darah di daerah tersebut lama kelamaan akan mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh darah perut sehingga dapat menyebabkan terjadi infeksi di dalam tubuh.

E.     MANIFESTASI KLINIK
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang atau batuk, benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Selain keluhan tersebut antara lain :
1.      Muntah
2.      Distensi abdomen
3.      Feces berdarah
4.      Nyeri bila sudah ditemukan komplikasi
5.      Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring
6.      Gelisah, kadang-kadang perut kembung
7.      Konstipasi
8.      Tidak ada flatus

F.     KOMPLIKASI
a.       Hernia akreta : ada perlakuan isi dengan kantong hernia, tidak ada gangguan pasase.
b.      Hernia inkarserasi : ada perlekatan yang disertai dengan gangguan pasase.
c.       Hernia strangulasi : nekrosis, gangrene, abses local, fitsel, peritonitis.

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diameter anulus inguinalis.

H.    PENATALAKSANAAN
1.      Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi.
2.      Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
3.      Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus.

I.       DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.         Kaji dan catat nyeri
b.         Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang berat.
c.         Ajarkan bagaimana bila menggunakan dekker (bila diprogramkan).
d.         Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e.         Berikan analgesik sesuai program.

2.         Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 8-10 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine  100 ml selama setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.         Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.         Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.         Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.

3.         Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah  instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a.         Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.         Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.         Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak.
d.         Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.


DAFTAR PUSTAKA

(Indri,2009)http://indri-dpl.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-sepsis-neonatorum.html accessed at 21 May 2011

(anonym,2009)http://www.scribd.com/doc/19070317/Lp-Sepsis-um

(lizanurviana,2010)http://lizanurviana.blog.com/2010/11/28/askep-sepsis-neonatorum/

Doengoes, Marylin. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

1 komentar:

  1. Artikel untuk asuhan keperawatan Alat reproduksi ada nggak..???
    kalo ada di share donk :)
    trima Kasih

    BalasHapus