A.DEFINISI
Typus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran,
dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada
usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak (
5%-10% ). ( Kapita selekta kedokteran edisi 3 )
Typus abdominalis adalah Penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkanoleh Salmonella Typosa O, Salmonella H, Salmonella paratypi A , dan salmonella paratypi B(Soeparman 1997).
Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan. Pada umumnya diare, kesadaran menurun ringan sampai berat umumnya apatis penurunan kesadaran
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (ngartiyah, 1955).
Typus abdominalis adalah Penyakit infeksi akut usus halus yang di sebabkanoleh Salmonella Typosa O, Salmonella H, Salmonella paratypi A , dan salmonella paratypi B(Soeparman 1997).
Penyakit typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut dengan gejala demam lebih dari 1 minggu. Gangguan pencernaan yang terjadi adalah bibir kering, lidah kotor, selaput putih, ada perut kembung nyeri tekan. Pada umumnya diare, kesadaran menurun ringan sampai berat umumnya apatis penurunan kesadaran
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (ngartiyah, 1955).
B.ETIOLOGI
1. Salmonella typhi
• Batang gram negative yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
- antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
- antigen H(flagella)
- antigen V1 dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
• Batang gram negative yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
- antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
- antigen H(flagella)
- antigen V1 dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi
B
4. Salmonella parathypi
C
5. Feses, urin dan muntahan penderita
5. Feses, urin dan muntahan penderita
C.
KLASIFIKASI
1.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan
pada saluran cerna , gangguan kesadaran
2.
Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin
sesekali penderita mengalami buang -
buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih susu, bagian tepinya
merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak lemah , serta nyata
tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala kunin,sebab pada tipus
oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala hepatitis.
D. MANIFESTASI KLINIS
A
TANDA TANDA
-
Demam
Pada
minggu pertama demam berangsur naik berlangsung pada 3 minggu pertama . pada
minggu ke 3 suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal. Demam tidak
hilangdengan pemberian antiseptic, tidak menggigil dan tidak berkeringat.
Kadang pasien disertai epitaksis
-
Gangguan pada saluran pencernaan
a.
halitosis
b.
bibir kering
c.
lidah kotor berselaput putih dan pinggirannya hiperemesis
d.
perut agak kembung
e.
mual
f.
splenomegali disertai nyeri pada perabaan
g.
pada permulaan umumnya terjadi diare
h.
kemudian menjadi obstipasi
-
Gangguan kesadaran
a.
kesadaran menurun ringan sampai berat
b.
umumnya apatis
c.
bradikardi relative
d.
umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali
permenit
B.
GEJALANYA
-
Penderita mulai cepat lelah
-
malaise
-
sakit kepala
-
rasa tidak enak di perut
-
nyeri seluruh tubuh
-
hal tersebut dirasakan antara 10-14 hari
a.Perdarahan
usus dapat terjadi pada saat demam masih tinggi di tandai dengan:
-
suhu mendadak turun
-
nadi meningkat cepat dan kecil
-
tekanan darah menurun
-
pasien terlihat pucat kulit terasa lembap
-
kesadaran makin menurun
Jika
pendarahan ringan mungkin gejalanya tidak terlihat jelas, karena darah dalam
faeces hanya bisa di buktikan dengan tes benzidin. Jika ini terjadi,
tindakannya adalah: menghentikan makan dan minum, segera pasang infuse jika sebelumnya tidak di
pasang segera hubungi dokter selain pemberian pengobatan untuk menghentikan
pendarahan dapat di lakukan eskap gantung untuk mengganti alat tenun harus 2 -3
orang, paisen tidakboleh di miringkan , pengawasan observasi TTV lebih sering
b.
Perforasi usus dapat terjadi pada minggu ke 4dimana suhu sudah turun. walau suhu sudah normal istirahat masih di
teruskan 2 minggu dengan gejala: pasien mengeluh sakit perut hebat dan akan
nyeri lagi apabila di tekan perut terlihat tegang dan kembung anak menjadi
pucat, dapat juga keringat dingin nadi kecil dan pasien menjadi scohk jika di
jumpai gejala demikian tindakannya adalah : segera hubungi dokter siap foto
roentgen biasanya di kunsul ke bagian bedah
E.PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan
1. Pengobatan
a. Kloramfenikol
b. Kotrimoksasol
c. Bila terjadi ikterus dan
hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi dengan Ampisilin 100 mg/kgBB/hari
selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.
2. Perawatan
a. Penderita dirawat dengan tujuan
untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap berbaring sampai
minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya komplikasi
perdarahan usus atau perforasi usus.
b. Pada klien dengan kesadaran menurun,
diperlukan perubahan2 posisi berbaring untuk menghindari komplikasi pneumonia
hipostatik dan dekubitus.
3. Diet
a. Pada mulanya klien diberikan bubur saring kemudian bubur
kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat
secara dini yaitu nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan
serat kasar) dapat diberikan dengan aman kepada klien.
F.PENGKAJIANKEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Perasaan tidak enak badan, pusing,
nyeri kepala, lesu dan kurang bersemangat, nafsu makan berkurang (terutama selama
masa inkubasi).
c. Data Fokus
Mata : konjungtiva
anemis
Mulut : lidah khas
(selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan), nafas bau tidak sedap, bibir
kering dan pecah-pecah.
Hidung : kadang terjadi epistaksis
Abdomen: perut kembung (meteorismus),
hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan.
Sirkulasi: bradikardi, gangguan
kesadaran
Kulit :
bintik-bintik kemerahan pada punggung dan ekstremitas.
d. Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium:
·
SGOT
SGPT meningkat, leukopenia, leuukositosis relatif pada fase akut; mungkin
terdapat anemia dan trombositopenia.
·
Uji
serologis asidal (titer O, H)
· Biakan kuman (darah, feses, urin,
empedu)
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN
INTERVENSI
a. Hipertermi b.d proses inflamasi
Tujuan:
Suhu tubuh klien kembali normalKlien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Suhu tubuh klien kembali normalKlien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan
Intervensi:
Ø Identifikasi penyebab atau faktor
yang dapat menimbulkan hipertermi
Ø Observasi cairan masuk dan keluar,
hitung keseimbangan cairan
Ø Beri cairan sesuai kebutuhan bila
tidak ada kontraindikasi
Ø Beri kompres air hangat
Ø Anjurkan klien untuk mengurangi
aktivitas yang berlebihan saat suhu tubuh naik
Ø Kolaborasi: pemberian antipiretik,
pemberian antibiotik, pemeriksaan penunjang=hasil laboratorium
KriteriaHasil
Ø Suhu tubuh klien kembali normal
Ø Frekuensi pernafasan kembali normal
Ø Kulit klien tidak teraba panas
Ø Klien dapat beraktivitas
b. Perubahan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
Tujuan:
Asupan nutrisi klien tercukupi, Peningkatan nafsu makan klien.
Asupan nutrisi klien tercukupi, Peningkatan nafsu makan klien.
Ø Intervensi:
Kaji pola makan klien
Kaji pola makan klien
Ø Observasi mual dan muntah
Ø Identifikasi faktor pencetus mual,
muntah, dan nyeri abdomen
Ø Kaji makanan yang disukai dan tidak
disukai klien
Ø Sajikaan makanan dalam kedaan hangat
dan menarik
Ø Beri posisi semi fowler saat makan
Ø Bantu klien untuk makan, catat
masukan makanan.
Kriteriahasil:
*Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah
*Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah
*Nafsu makan meningkat
c. Nyeri akut b.d agen cidera
biologis
Tujuan:
Nyeri klien berkurang
Nyeri klien berkurang
Klien merasa nyaman
Intervensi:
*Kaji karakteristik nyeri dan skala nyeri
*Kaji karakteristik nyeri dan skala nyeri
*Kaji faktor yang dapat
menurunkan/menaikkan nyeri
*Ajarkan dan bantu klien melakukan
relaksasi dan distraksi
*Beri posisi yang nyaman
*Ciptakan lingkungan yang tenang
Kriteriahasil
*Klien mengatakan nyeri abdomen berkurang
*Klien mengatakan nyeri abdomen berkurang
*Klien mengatakan sudah merasa
nyaman
DAFTAR PUSTAKA
·
Drs.H,
Zulkoni.Akhsin.2010;PARASITOLOGI , Nuha Medika. Yogyakarta.
·
Suzzane C. Smeltzer,
Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal
Bedah Vol.1. EGC. Jakarta.
informasi yang sangat bermanfaat, terimakasih banyak..
BalasHapus